Aku melirik jam tanganku. Ah,
19.18. Hebat. Dia telat lagi. 18
menit, gumamku dalam hati. Ya, malam ini
aku sedang menunggu sahabat ku—calon pacarku, tepatnya—di sebuah kafe dekat
alun-alun kota. Madya mengajakku makan malam. Dia bilang, dia akan memberikan
kejutan padaku. Sama sekali tidak terlintas di pikiranku apa yang akan dia
berikan padaku. Malam-malam begini, pikirku. Suatu kejutan? Kejutan apa? Selama
ini, selama aku bersahabat dengannya, Madya tidak pernah merahasiakan apapun dariku.
Sekalipun dia akan memberiku kejutan, biasanya dia langsung memberitahunya
padaku. Tapi kali ini tidak!
Waktu terus berputar, dan aku
semakin penasaran dengan kejutan yang akan diberikan Madya. Aku tidak pernah
berharap apa-apa darinya. Tepatnya tidak pernah meminta berlebihan. Sesekali
aku berpikir, Madya begitu baik padaku. Dia selalu ada buatku. Tentu saja,
bukankah itu gunanya sahabat. Tapi selama ini, entah mengapa ada persaan lain
yang tersirat dalam hatiku tentang Madya. Aku seakan tidak bisa melakukan
apa-apa tanpanya. Terlebih saat aku ‘drop’ karena Reza—mantanku—meninggalkanku
dua bulan yang lalu. Aku rapuh. Aku tidak bisa apa-apa lagi. Dan aku terpuruk.
Hingga akhirnya aku bertemu dengan Madya di temapt ini. Di kafe ini. Tepat di
meja yang aku tempati sekarang ini. Meja 11. Dan Madya tepat di belakangku. 12.
Ia tersenyum padaku. Dan aku membalasnya. Mulai saat itulah aku mengenalnya.
Mulai dekat dengannya. Dan aku rasa aku mulai menyukainya.
30 menit berlalu. Dan aku semakin
terhanyut pada khayalan dan imajinasiku. Bagaimana jika Madya datang dan
membawa setangkai bunga mawar merah untukku, lalu ia bertanya, MAUKAH KAU
MENJADI PACARKU? Atau Madya tiba-tiba naik ke atas panggung di kafe ini lalu
menyanyikan sebuah lagu romantis dan berkata bahwa lagu itu dipersembahkan
untukku seorang? Ah, aku semakin terbuai saja dengan semua ilusiku. Tapi apapun
itu, aku yakin, Madya melakukan hal terbaik untukku.
Saat aku mulai bosan oleh
penantianku, seorang lelaki membuka pintu kafe yang terbuat dari kaca. Madya!
Dia tampak lebih tampan dan cool, menurutku, dengan setelan kaos berwarna
merah, celana jins, dan sepatu kets putih. Aku memandangnya lama. Terpesona!
“Eh, Res, maaf telat. Pasti udah
nunggu lama, ya? Sorry deh…” Madya menyapaku yang masih terlihat lugu dan tidak
berkedip sedikitpun.
“Wooyy..”serunya lagi
Aku terkesiap. Lalu membuyarkan
imajinasiku. Membangunkan diriku sendiri dari terpesonanya aku begitu melihat
Madya.
“Eh iya, nggak apa-apa kok. Udah
biasa, kalo nunggu kamu pasti lama. Sumpah, Madya, kamu…kamu…kamu……” aku
berhenti. Kamu keren, tapi aku tidak mengatakannya.
“Ganteng ya? Emang sih! Udah
banyak orang yang bilang kalo aku ini ganteng, keren, cool, apapun itu.” Madya
mengedipkan matanya, merasa bangga.
“Oh iya, katanya kamu mau ngasih
kejutan buat aku. Apaan? Gaya baru kamu ini? Oke deh aku ngaku aku kaget plus
terkejut liat style kamu kayak gini..” aku tersenyum.
“Bukan itu! Tapi aku mau
memperkenalkan kamu seseorang” jawab Madya serius.
Aku bingung. Seseorang? Siapa?
Apa pentingnya aku untuk mengetahui orang ini? Tiba-tiba seorang wanita cantik
bergaun ungu muda menghampiri Madya dan memegang tangannya erat.
“Kenalin, ini Tita,…..”
“Pacarku….”
Aku terdiam untuk beberapa saat.
Pacar? Sejak kapan? Mengapa?
“Aku sama Tita baru jalan 2 minggu…”
sahut Madya melanjutkan.
Seolah menyembunyikan rasa
kecewaku, aku mempersilakan Madya dan Tita duduk dan memanggil waiter untuk
memesan makanan. Makan malam ini terasa
canggung, setidaknya buatku. Madya-ku telah pergi dan aku sendiri.
SMA NEGERI 1 SOREANG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar