Kamis, 16 Mei 2013

PENANTIAN SIA-SIA




Aku melirik jam tanganku. Ah, 19.18.  Hebat. Dia telat lagi. 18 menit,  gumamku dalam hati. Ya, malam ini aku sedang menunggu sahabat ku—calon pacarku, tepatnya—di sebuah kafe dekat alun-alun kota. Madya mengajakku makan malam. Dia bilang, dia akan memberikan kejutan padaku. Sama sekali tidak terlintas di pikiranku apa yang akan dia berikan padaku. Malam-malam begini, pikirku. Suatu kejutan? Kejutan apa? Selama ini, selama aku bersahabat dengannya, Madya tidak pernah merahasiakan apapun dariku. Sekalipun dia akan memberiku kejutan, biasanya dia langsung memberitahunya padaku. Tapi kali ini tidak!
Waktu terus berputar, dan aku semakin penasaran dengan kejutan yang akan diberikan Madya. Aku tidak pernah berharap apa-apa darinya. Tepatnya tidak pernah meminta berlebihan. Sesekali aku berpikir, Madya begitu baik padaku. Dia selalu ada buatku. Tentu saja, bukankah itu gunanya sahabat. Tapi selama ini, entah mengapa ada persaan lain yang tersirat dalam hatiku tentang Madya. Aku seakan tidak bisa melakukan apa-apa tanpanya. Terlebih saat aku ‘drop’ karena Reza—mantanku—meninggalkanku dua bulan yang lalu. Aku rapuh. Aku tidak bisa apa-apa lagi. Dan aku terpuruk. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Madya di temapt ini. Di kafe ini. Tepat di meja yang aku tempati sekarang ini. Meja 11. Dan Madya tepat di belakangku. 12. Ia tersenyum padaku. Dan aku membalasnya. Mulai saat itulah aku mengenalnya. Mulai dekat dengannya. Dan aku rasa aku mulai menyukainya.
30 menit berlalu. Dan aku semakin terhanyut pada khayalan dan imajinasiku. Bagaimana jika Madya datang dan membawa setangkai bunga mawar merah untukku, lalu ia bertanya, MAUKAH KAU MENJADI PACARKU? Atau Madya tiba-tiba naik ke atas panggung di kafe ini lalu menyanyikan sebuah lagu romantis dan berkata bahwa lagu itu dipersembahkan untukku seorang? Ah, aku semakin terbuai saja dengan semua ilusiku. Tapi apapun itu, aku yakin, Madya melakukan hal terbaik untukku.
Saat aku mulai bosan oleh penantianku, seorang lelaki membuka pintu kafe yang terbuat dari kaca. Madya! Dia tampak lebih tampan dan cool, menurutku, dengan setelan kaos berwarna merah, celana jins, dan sepatu kets putih. Aku memandangnya lama. Terpesona!
“Eh, Res, maaf telat. Pasti udah nunggu lama, ya? Sorry deh…” Madya menyapaku yang masih terlihat lugu dan tidak berkedip sedikitpun.
“Wooyy..”serunya lagi
Aku terkesiap. Lalu membuyarkan imajinasiku. Membangunkan diriku sendiri dari terpesonanya aku begitu melihat Madya.
“Eh iya, nggak apa-apa kok. Udah biasa, kalo nunggu kamu pasti lama. Sumpah, Madya, kamu…kamu…kamu……” aku berhenti. Kamu keren, tapi aku tidak mengatakannya.
“Ganteng ya? Emang sih! Udah banyak orang yang bilang kalo aku ini ganteng, keren, cool, apapun itu.” Madya mengedipkan matanya, merasa bangga.
“Oh iya, katanya kamu mau ngasih kejutan buat aku. Apaan? Gaya baru kamu ini? Oke deh aku ngaku aku kaget plus terkejut liat style kamu kayak gini..” aku tersenyum.
“Bukan itu! Tapi aku mau memperkenalkan kamu seseorang” jawab Madya serius.
Aku bingung. Seseorang? Siapa? Apa pentingnya aku untuk mengetahui orang ini? Tiba-tiba seorang wanita cantik bergaun ungu muda menghampiri Madya dan memegang tangannya erat.
“Kenalin, ini Tita,…..”
“Pacarku….”
Aku terdiam untuk beberapa saat. Pacar? Sejak kapan? Mengapa?
“Aku sama Tita baru jalan 2 minggu…” sahut Madya melanjutkan.
Seolah menyembunyikan rasa kecewaku, aku mempersilakan Madya dan Tita duduk dan memanggil waiter untuk memesan makanan. Makan malam ini  terasa canggung, setidaknya buatku. Madya-ku telah pergi dan aku sendiri.

SMA NEGERI 1 SOREANG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar