Kamis, 16 Mei 2013

MY DIARY



Senin, 9 Januari , pukul 06.00
Hari ini aku siap-siap berangkat sekolah. Hari pertama masuk sekolah lagi setelah 2 minggu libur akhir semester. Hmm, aku kangen sama Risha. Udah 2 minggu juga nggak ketemu sahabatku itu. Gimana kabarnya, ya? Katanya liburan kemaren pergi ke Surabaya, hmm minta oleh-oleh ah…

Senin, 9 Januari , pukul 20.05
Hahaha ternyata Risha potong rambut! Jadi mirip Dora deh, itu tuh kartun di TV. Tapi satu yang nggak berubah dari dia, sifat humorisnya! Tambah sayang aja deh sama sahabatku itu, hihii… Pagi tadi juga ketemu Ryan di perpustakaan. Duuuhh, tambah ganteng aja!

Selasa, 10 Januari , pukul 19.30
Aaaahhh nggak nyangka, Ryan suka cookies bikinan aku…. J

Kamis, 12 Januari , pukul 18.28
Malem ini, Ryan mau jemput aku. Kita mau pergi nonton. Malem ini juga katanya Ryan mau bilang sesuatu sama aku. Apa yaa? Hahaha, jadi dag dig dug, deh…

Kamis, 12 Januari  pukul 21.21
Nyebeliiiiiinnn!!!!!!!! Ternyata Ryan ngajak Risha! Dan…..dan….Ryan nembak Risha di depan aku! Apa maksudnya? Apa dia nggak ngerti kalo aku yang dari dulu naksir dia? Risha! Risha yang ngerebut Ryan dari aku! Aku benci Risha!

Sabtu, 14 Januari  pukul 19.07
Dua hari aku nggak ngomong sama Risha. Aku nggak peduli! Aku benci sama dia! Ternyata dia bukan sahabat yang bisa dipercaya. Dia ngerebut Ryan dari aku. Pagar makan tanaman! Selama ini, aku kira dia bisa jaga perasaan aku, dan bisa jadi ‘best friend forever’ aku. Tapi ternyata aku salah! Dia menusuk aku dari belakang!
Minggu, 15 Januari , pukul 19.56
Siang tadi Risha ke rumah. Tapi aku nggak mau ketemu dia. Aku terlanjur sakit hati sama dia. Meskipun dia ngasih aku bunga sebanyak apaun, cokelat semahal apapun, dan baju sebagus apapun, aku nggak akan pernah maafin dia!

Rabu, 18 Januari , pukul 20.01
Kok, Risha nggak masuk sekolah ya tiga hari ini? Biasanya dia paling rajin datang ke sekolah dibanding aku. Kok aku jadi mikirin dia, sih? Hmmm, stop thinking about Risha!

Jum’at 20 Januari , pukul 20.15
Tadi siang Kak Firma, kakaknya Risha telepon aku. Katanya Risha masuk Rumah Sakit. Astaghfirullah, ada apa dengan Risha? Seingatku, Risha nggak punya penyakit serius. Paling batuk pilek biasa aja..

Minggu, 22 Januari  pukul 19.45
Aku pergi ke Rumah Sakit, nengok Risha. Aku nggak nyangka ternyata Risha mengidap penyakit leukimia. Itu yang dibilang Kak Firma ke aku. Kak Firma juga bilang, katanya Risha nggak pernah ngerebut Ryan dari aku. Risha sama sekali nggak tau, kalo Ryan bakalan nembak dia. Justru Risha mau bantuin aku supaya jadian sama Ryan. Risha juga nolak Ryan hanya karena nggak mau hubungan persahabatan aku sama dia jadi rusak dan hancur. Aduuhh, Risha, maafin aku yaa. Aku nyesel karena waktu itu aku nggak dengerin penjelasan dari kamu. Maaf! Risha, kamu cepet bangun, ya. Jangan koma melulu. Aku janji begitu kamu bangun dan sembuh, aku bakalan ngajak kamu nonton. Kita beli cokelat lagi. Aku yang traktir, deh.. Cepet bangun dan sembuh, ya.. Aku kangen kamu!!!
iburan kemaren pergi ke Surabaya, hmm minta oleh-oleh ah...ster. hmm,




KAKAKKU


Pukul  13.00. Sudah 30 menit aku menunggu kakakku yang berjanji akan menjemputku pulang sekolah siang ini. Aku kesal bila harus menunggu. Aku mulai bosan. Marah. Aku meneleponnya. Tapi diujung telepon sana tak ada yang menjawab.
Akhirnya aku putuskan untuk pulang sendiri saja.
Sesampainya di rumah, aku langsung mencarinya.
"Mas.... Mas....."
"Ma, mas Agus mana?" tanyaku pada Mama.
"Lho, tadi 'kan ngejemput ke sekolah" Mama keheranan.
"Ditunggu-tunggu nggak datang, ya udah pulang sendiri aja!" jawabku.
Aku langsung pergike kamarnya. Mengetuk pintu, namaun taka ada jawaban. Aku membuka pintu kamarnya.
Aneh, tidak biasanya kamarnya tidak dikunci seperti ini, pikitku. Tapi aku tidak menemuinya si kamarnya.
Aku bingung. Lantas berfikir, mungkin ia lupa untuk menjemputku. Mungkin ia lebih memilih menemani pacarnya pergi ke mall atau apapun itu aku tidak peduli.
Aku marah.
Satu hari, dua hari, kakakku tidak pulang ke rumah. Aku tidak mencemaskannya. Tapi Mama terlihat begitu khawatir.
"Kemana kakakmu itu.. Dua hari kok nggak pulang.."
Aku hanya diam. Lalu telepon berdering, Mama yang mengangkatnya. Mama terdian. Diam. Kemudian menutup teleponnya, dan memelukku!
"Mas Agus masuk rumah sakit. Kecelakaan..."
Aku tak tahu harus bagaimana! Aku tak tahu perasaanku saat itu seperti apa.
Marah? Kesal? Haru? Sedih? Galau?
Setelah mendengar kabar itu, kami langsung ke rumah sakit, tempat Mas Agus dirawat.
Kulihat wajahnya pucat dan terbaring lemah. Aku duduk disampingnya.
Ia terbangun, lalu tersenyum. Mengusap kepalaku dan berkata:
"Maaf, Mas nggak jemput kamu kemarin.."
Aku hanya diam. Memandangi matanya yang kecoklatan.
Ia lalu menunjuk ke arah sofa yang terletak tidak jauh dari tempat ia berbaring. Aku mengikuti arah telunjuknya.
Terbaring sebuah boneka beruang besar berwarna ungu di sofa itu. Aku menatap kakakku.
"Itu, hadiah buat kamu. Hadiah yang Mas janjiin buat kamu!" ia membalas tatapanku.
Aku menangis. Air mataku meleleh. Aku memeluknya.
Ternyata alasannya tidak menjemputku karena ia membelikanku sebuah hadiah, janjinya padaku bulan lalu.
Namun di perjalanan pulang, ia mengalami kecelakaan.
Sekali lagi, aku menatap matanya yang kecoklatan. Kurasakan damai di hati ini. Tak ada lagi marah dan kesal. Yang ada hanya kasih dan sayang.
Ya, dia... Kakakku…………..
  


PENANTIAN SIA-SIA




Aku melirik jam tanganku. Ah, 19.18.  Hebat. Dia telat lagi. 18 menit,  gumamku dalam hati. Ya, malam ini aku sedang menunggu sahabat ku—calon pacarku, tepatnya—di sebuah kafe dekat alun-alun kota. Madya mengajakku makan malam. Dia bilang, dia akan memberikan kejutan padaku. Sama sekali tidak terlintas di pikiranku apa yang akan dia berikan padaku. Malam-malam begini, pikirku. Suatu kejutan? Kejutan apa? Selama ini, selama aku bersahabat dengannya, Madya tidak pernah merahasiakan apapun dariku. Sekalipun dia akan memberiku kejutan, biasanya dia langsung memberitahunya padaku. Tapi kali ini tidak!
Waktu terus berputar, dan aku semakin penasaran dengan kejutan yang akan diberikan Madya. Aku tidak pernah berharap apa-apa darinya. Tepatnya tidak pernah meminta berlebihan. Sesekali aku berpikir, Madya begitu baik padaku. Dia selalu ada buatku. Tentu saja, bukankah itu gunanya sahabat. Tapi selama ini, entah mengapa ada persaan lain yang tersirat dalam hatiku tentang Madya. Aku seakan tidak bisa melakukan apa-apa tanpanya. Terlebih saat aku ‘drop’ karena Reza—mantanku—meninggalkanku dua bulan yang lalu. Aku rapuh. Aku tidak bisa apa-apa lagi. Dan aku terpuruk. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Madya di temapt ini. Di kafe ini. Tepat di meja yang aku tempati sekarang ini. Meja 11. Dan Madya tepat di belakangku. 12. Ia tersenyum padaku. Dan aku membalasnya. Mulai saat itulah aku mengenalnya. Mulai dekat dengannya. Dan aku rasa aku mulai menyukainya.
30 menit berlalu. Dan aku semakin terhanyut pada khayalan dan imajinasiku. Bagaimana jika Madya datang dan membawa setangkai bunga mawar merah untukku, lalu ia bertanya, MAUKAH KAU MENJADI PACARKU? Atau Madya tiba-tiba naik ke atas panggung di kafe ini lalu menyanyikan sebuah lagu romantis dan berkata bahwa lagu itu dipersembahkan untukku seorang? Ah, aku semakin terbuai saja dengan semua ilusiku. Tapi apapun itu, aku yakin, Madya melakukan hal terbaik untukku.
Saat aku mulai bosan oleh penantianku, seorang lelaki membuka pintu kafe yang terbuat dari kaca. Madya! Dia tampak lebih tampan dan cool, menurutku, dengan setelan kaos berwarna merah, celana jins, dan sepatu kets putih. Aku memandangnya lama. Terpesona!
“Eh, Res, maaf telat. Pasti udah nunggu lama, ya? Sorry deh…” Madya menyapaku yang masih terlihat lugu dan tidak berkedip sedikitpun.
“Wooyy..”serunya lagi
Aku terkesiap. Lalu membuyarkan imajinasiku. Membangunkan diriku sendiri dari terpesonanya aku begitu melihat Madya.
“Eh iya, nggak apa-apa kok. Udah biasa, kalo nunggu kamu pasti lama. Sumpah, Madya, kamu…kamu…kamu……” aku berhenti. Kamu keren, tapi aku tidak mengatakannya.
“Ganteng ya? Emang sih! Udah banyak orang yang bilang kalo aku ini ganteng, keren, cool, apapun itu.” Madya mengedipkan matanya, merasa bangga.
“Oh iya, katanya kamu mau ngasih kejutan buat aku. Apaan? Gaya baru kamu ini? Oke deh aku ngaku aku kaget plus terkejut liat style kamu kayak gini..” aku tersenyum.
“Bukan itu! Tapi aku mau memperkenalkan kamu seseorang” jawab Madya serius.
Aku bingung. Seseorang? Siapa? Apa pentingnya aku untuk mengetahui orang ini? Tiba-tiba seorang wanita cantik bergaun ungu muda menghampiri Madya dan memegang tangannya erat.
“Kenalin, ini Tita,…..”
“Pacarku….”
Aku terdiam untuk beberapa saat. Pacar? Sejak kapan? Mengapa?
“Aku sama Tita baru jalan 2 minggu…” sahut Madya melanjutkan.
Seolah menyembunyikan rasa kecewaku, aku mempersilakan Madya dan Tita duduk dan memanggil waiter untuk memesan makanan. Makan malam ini  terasa canggung, setidaknya buatku. Madya-ku telah pergi dan aku sendiri.

SMA NEGERI 1 SOREANG